Catatan 6 : Melihat di sekitar Tirta Empul

Kali ini, jejak langkah saya sampai di pulau Bali. Di Pulau yang sangat memancing minat para wisatawan untuk berwisata ini memang terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Pura. Nah kali ini saya berkesempatan mencoba lebih dekat melihat salah satu Pura dari sekian banyak pura yang terdapat di Pulau Bali.

Pura Tirta Empul

Yah inilah Pura yang saya sempat kunjungi ketika menjejakan langkah saya di Pulau Bali. Pura ini terletak di daerah Kecamatn Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Utara Tampaksiring di jalan ke arah Kintamani Anda akan melihat belokan menuju Tirta Empul. Mungkin kalau mendengar kata Tampaksiring yang langsung terlintas di benak kebanyakan orang adalah istana Presiden Tampaksiring.

Yup, memang betul sekali. Pura ini terletak tepat di samping bawah istana Tampaksiring. Saat pertama “mendarat” di Pura Tirta Empul ini yang saya perhatikan adalah ada dua gapura Pura yang terletak agak berdekatan. Yang satu besar sedangkan yang satunya kecil. Awalnya saya tidak mengerti mengapa ada dua gapura.

Namun setelah saya bertanya dan memperhatikan masyarakat sekitar yang pada saat itu kebetulan akan mengadakan persembahyangan. Saya baru mengerti ternyata Gapura Besar yang terletak di bagian kanan adalah berfungsi sebagai pintu masuk dan gapura kecil yang terletak di sebelah kiri adalah sebagai pintu keluar. Namun karena banyak turis yang tidak mengetahuinya maka antara Gapura pintu masuk dan pintu keluar tidak dapat dibedakan, kalau mau masuk ya masuk aja. hehehe

Konon ceritanya dahulu nama Tampaksiring berasal dari (bahasa Bali) kata tampak yang berarti “telapak” dan siring yang bermakna “miring”.Sedangkan Tirta Empul bermakna air suci. Nama ini tak lepas dari legenda masyarakat Bali yang bercerita tentang peperangan antara Batara Indra yang tidak senang dengan kelakuan raja yang bernama Mayadenawa. Alkisah karena ketamakan dan kesombongan dari Raja Mayadenawa membuat Batara Indra mengirmkan pasukannya untuk memerangi Raja tersebut. Kemudian dengan kesaktiannya Raja Mayadenawa meracuni air yang sering digunakan oleh pasukan Batara Indra untuk kebutuhan sehari-hari. Melihat hal itu Batara Indra kemudian membuat sebuah kolam/mata air yang merupakan kolam penawar dari racun dan pengaruh negatif dari perbuatan Raja Mayadenawa yang dikemudian hari dikenal sebagai Tirta Empul.  Namun bagaimana kelanjutannya saya pun kurang paham. maklum saya hanya mendapat informasi sepotong dari tour guide yang ada di sana.

Di dalamnya terdapat seperti kolam pancuran yang menurut  kepercayaan masyarakat Hindu Dharma Bali merupakan air suci. siapapun boleh berendam di sana namun ada larangan bagi wanita yang sedang menstruasi untuk memasukinya. Mengingat ini adalah tempat yang disucikan. Jadi ada beberapa aturan seta kode etik yang pantang untuk dilanggar.

Ada beberapa pancuran yang saya lihat di dalam kolam itu. dan di suatu sudutnya seperti biasa kebiasaan masyarakat Bali menaruh sesajen sebagai tanda penghormatan kepada Yang Maha Kuasa.

Agak naik ke atas lagi pengunjung akan melihat Pura. Seperti yang telah saya bicarakn di awal tadi, kebetulan pada saat saya pergii kesana bertepatan dengan adanya upacara persembahyangan masyarakat Hindu Dharma setempat. waktu menunjukkan sekitar pukul 3 sore dan banyak masyarakat setempat yang mengadakan ritual di Pura dalam.

Oh iya, sebelum saya memasuki Pura dalam. tidak lupa saya harus menggunakan kain dan ikat. mengingat ini adalah tempat yang disucikan jadi harus melaksanakan beberapa aturan. Wah, pengalaman langkah yang menarik menurut saya.  Memang Bali memiliki tradisi yang sangat kental dan dilestarikan dengan sepenuh hati oleh masyarakatnya.

Jadi kalau boleh saya urutkan. Pertama kali masuk melalui Gapura besar saya memasuki sebuah tanah lapang yang di sebelah kanannya terdapat bangunan seperti Balai / Aula yang terbuka di bagian sampingnya. Melangkah ke depan saya melihat kolam pancuran yang dipercaya memiliki khasiat air suci. Maju lagi ke depan saya memasuki areal Pura dalam dimana banyak masyarakat yang bersembahyang. Kemudian bergerak menuju keluar melalui gapura kecil saya melihat ada kolam yang berisi banyak ikan dan kitapun boleh memberi makan ikan ikan tersebut. bergerak menuju luar saya sejenak duduk di Balebengong (tempat yang berfungsi untuk sekedar istirahat melepas lelah). Di depan saya melihat ada sebuah pohon besar yang diberi seperti bangunan Pura kecil dan diberi tempat untuk menaruh sesajian. Dan pada saat saya duduk kebetulan ada gadis yang menaruh sesajian da bersembahyang sebentar sebelum melakukan ritual yang lebih khusyuk di Pura dalam. Dan sempat saya abadikan gambarnya seperti yang terlihat pada gambar di atas.

Pura Tirta Empul.  Salah satu Pura dari banyak Pura yang ada di Bali yang memiliki keunikan tersendiri. Memang semua Pura tentu memiliki ciri masing-masing. Dan pada kesempatan ini saya mencoba mendatangi Pura ini.

Setelah saya berputar-putar menjelajahi Pura ini. Malah saya menjadi berpikir, kok bisa ya Presiden Soekarno memiliki ide untuk membangun istana kepresidenan yang terletak tepat di samping atas Pura ini. Saya pun menerka-nerka apakah pembangunan Istana tersebut mendahului pembangunan Pura ini atau malah sebaliknya jika merujuk berdasarkan cerita sekilas yang saya peroleh dari tour guide.

Ahh, tapi tidaklah pentinglah itu. Buat saya perjalanan langkah saya kali ini memberikan satu lagi cerita dan pengalaman  bagi diri saya. Namun perjalanan langkah saya tidak akan berhenti di sini, masih banyak tempat-tempat yang ingin saya kunjungi.

Jadi ditunggu lagi ya catatan langkah saya selanjutnya.